KISAH INDAH ; Cinta karena Allah




Sebut saja namanya Nabila. Usianya masih sangat muda, yaitu sekitar 19 tahun.
Dia adalah istri dari Fadhil yang usia sedikit lebih tua darinya, yakni sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Nabila adalah seorang wanita yang cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya yang halus. Tetapi kecantikannya ia tutupi dengan sangat rapi, bahkan dia juga telah hafal Al-Qur’an diusia yang relative sangat muda tersebut ...
Subhanallah ...
Subhanallah ...
Memasuki bulan kedelapan usia pernikahan mereka, Nabila sering muntah-muntah dan pusing silih berganti, awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu dia sedang hamil muda ... Akan tetapi, selama hamil tersebut, bahkan setelah melahirkanpun istri Fadhil itu masih sering pusing-pusing dan muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Satu bulan terakhir ini penyakit yang diderita sang istri semakin parah. Fadhil bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 kg karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah. Namun Fadhil tak perduli berapa pun biaya nya yang penting istrinya bisa sembuh.

Suatu ketika, istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya.
“Bi, ada apa dengan pandangan ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas,” tanya Nabila.
Mereka memang saling memanggil dengan ummi dan abi sebagai panggilan mesra dan kasih sayang.
”Kenapa mii ...!?” Fadhil malah balik bertanya dan agak panik.
“Entahlah ... Semua terlihat kabur.” Nabila menjawab.
Ternyata, dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri diri Nabila … Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya.
Selang beberapa hari menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit, alhamdulillah istri Fadhil sudah mulai membaik dan diperbolehkan pulang.
Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja sang istri merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan tergeletak di pavilyun depan rumahnya.
“Bi, Tolong antarkan ummi ke rumah sakit yaa…” pintanya kepada sang suami sambil memegang perutnya.
Kali ini, Fadhil mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diselesaikan besok harinya sesuai deadline. Namun, akhirnya fadhil mengalah karena rasa ketidaktegaannya melihat penderitaan yang dialami sang istrinya selama ini.

“Bi, ummi ingin sekali membaca Al Qur’an, tapi penglihatan ummi masih kabur. Ummi takut hafalan umi hilang.” kata Nabila kepada suaminya. “Orang sakit itu berat bi penderitaannya. Disamping menahan sakit dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang sakit melupakan Allah SWT, makanya ummi ingin sekali membaca Al-Qur’an agar selalu ingat dengan Allah SWT." Lanjut Nabila menjelaskan alasannya.
Kemudian Fadhil pun menginstal kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di memori handphone nya. Dia begitu terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi bahkan sampai tertidur dan itu dilakukannya setiap hari.
Suatu ketika, Nabila berkata kepada kepada Fadhil, “Bii, semalam ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberikan ummi minum rasanya enak sekali bii dan tak pernah ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarang pun nikmatnya masih ummi rasakan.”
“Itu tandanya ummi akan sembuh.” jawab Fadhil sambil menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang dicintainya itu.
Fadhil mencoba untuk menghibur sang istri, “Ummi mau aku belikan baju baru untuk lebaran yah ? Mau berapa ? Dua atau tiga ?"
Lalu Nabila pun menjawab, “Tidak usah bi, ummi tidak ikut lebaran kok” jawabnya singkat.
Fadhil mengira istrinya marah karna sudah hampir lebaran ko baru dibelikan baju baru nya sekarang.
Fadhil pun berkata kembali, “Maaf mii, bukannya abi gak mau membelikan baju untuk ummi, ummi tahu sendiri kan dari kemaren abi sibuk merawat ummi. “
Sang istri pun menjawab, “Enggak ko bii, ummi tidak marah ... ummi cuma kaga ikut lebaran ajah. “
"Oh iya, sebentar yah mii, abi mau beli obat dulu untuk ummi ..??” Kata Fadhil tiba-tiba seakan mengalihkan pembicaraan.

“Ada apa dengan istriku ?” tanyanya sambil membentak.
“Ini pak, istri bapak infusannya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali. “ Jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya tidak ada cara lain selain memasukan infusannya lewat salah satu kakinya, alat bantu pernafasan pun langsung dimasukan kedalam mulutnya. Setelah perawat-perawat itu pergi, Fadhil melihat air mata mengalir dari kelopak istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa sepatah katapun.
“Bi, kalau ummi meninggal, apakah abi mau mendoakan ummi setiap hari abi ? “ Tanya sang istri.
“Tentu saja mii, abi akan selalu mendoakan ummi dan akan memberikan yang terbaik untuk ummi.“ Hati fadhil pun terasa berkecamuk dengan pertanyaan sang istri.
“Bii, jaga dan rawat anak kita yah dengan baik.” Kata sang istri sambil berpesan.
Tiba-tiba tubuh istrinya pun mulai lemah semakin lama dan semakin lemah ... Fadhil membisikan sesuatu ke telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah SWT.
Lalu terihat kaki istrinya bergerak lemah sesaat lalu terhenti, lalu perut istrinya bergerak lalu terhenti, kemudian dadanya bergerak lalu berhenti, dan lehernya bergerak lalu berhenti, kemudian matanya.
Dia peluk tubuh istrinya, dan mencoba tegar dan beberapa saat kemudian air matanya tidak bisa dibendung lagi, menangis melepas kepergian sang istri tercinta.
Setelah itu Fadhil menyerahkan seluruh perawatan jenazah istrinya kepada perawat karena dia harus membayar administrasi istrinya. Waktu itu dia hanya sendiri karena kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya dirumah.
Setelah semuanya selesai dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurusi jenazah istrinya.
Perawat pun berkata “Pak, istri bapak ini baik yah ?.”
Bukan menjawab, Fadhil malah balik bertanya, “Dari mana ibu tahu?.”
“Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini ??” kata si perawat, "ternyata setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.
“ Subhanallah ….”
Lalu terihat kaki istrinya bergerak lemah sesaat lalu terhenti, lalu perut istrinya bergerak lalu terhenti, kemudian dadanya bergerak lalu berhenti, dan lehernya bergerak lalu berhenti, kemudian matanya.
Dia peluk tubuh istrinya, dan mencoba tegar dan beberapa saat kemudian air matanya tidak bisa dibendung lagi, menangis melepas kepergian sang istri tercinta.

Setelah semuanya selesai dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurusi jenazah istrinya.
Perawat pun berkata “Pak, istri bapak ini baik yah ?.”
Bukan menjawab, Fadhil malah balik bertanya, “Dari mana ibu tahu?.”
“Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini ??” kata si perawat, "ternyata setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.
“ Subhanallah ….”
Catatan kecil : kejadian ini mengingatkan pada suatu hadist :
“Sesungguhnya bila seseorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh sekelompok malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari syurga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah malaikat maut 'alaihissalam menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya. Setibanya malaikat maut ia segera berkata : "Wahai jiwa yang baik, bergegaslah keluar dari ragamu menuju kepada ampunan dan ridho-nya Allah." Segera orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar segera malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada ditangan malaikat maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang dan duduk sejauh mata memandang tidak membiarkan sekejap pun berada di tangan malaikat maut. Para malaikat akan segera mengambil ruhnya orang mukmin tersebut dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah Dia bawa dari syurga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi sekelompok malaikat lainnya, melainkan mereka bertanya, “Ruh siapakah ini? Begitu harum.“ Para malaikat pembawa ruh pun menjawab ,“Ini adalah arwah fulan bin fulan (disebut dengan namanya terbaik yang dulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya.”
( HR. Imam Ahmad, dan Ibnu Majah )
( HR. Imam Ahmad, dan Ibnu Majah )
:: Inspirasi Ummu Farah (Siti Fauziah Fauzi) ::